⚠️ Halaman ini membutuhkan JavaScript untuk tampil dengan benar. Mohon aktifkan JavaScript di pengaturan browser Anda.

Sumber sejarah

Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi di masa lampau. Sumber-sumber ini menjadi “bukti” bagi sejarawan untuk merekonstruksi dan memahami masa lalu. Tanpa sumber, sejarah tidak dapat ditulis secara ilmiah.

Daftar Isi

1 Sumber menurut jenisnya

Berdasarkan bentuk atau jenisnya, sumber sejarah dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori utama:

1 Sumber tertulis

Sumber sejarah yang berupa tulisan atau catatan mengenai peristiwa di masa lampau. Sumber ini memberikan informasi melalui teks, angka, atau simbol yang terekam.

ContohPenjelasan
PrasastiTulisan di batu atau logam yang berisi informasi penting.
DokumenSurat-surat resmi, notulensi rapat, laporan, arsip pemerintah, perjanjian.
Naskah KunoKitab, babad, hikayat, atau manuskrip yang berisi catatan sejarah.
Surat Kabar/MajalahPublikasi cetak yang merekam peristiwa dan opini pada masanya.
Kronik/Catatan PerjalananCatatan peristiwa secara berurutan atau pengalaman seseorang dalam perjalanan.

Prasasti

  1. Prasasti Yupa (Kutai) (Abad ke-4 M): Serangkaian prasasti yang ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur, merupakan bukti awal keberadaan kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, yaitu Kerajaan Kutai Martadipura. Prasasti ini ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta, berisi tentang silsilah raja-raja dan upacara kurban yang dilakukan oleh Raja Mulawarman, menunjukkan adanya sistem kerajaan dan agama Hindu di Nusantara.

  2. Batu Nisan Fatimah binti Maimun (1082 Masehi): Ditemukan di Leran, Gresik, Jawa Timur. Meskipun bukan prasasti dalam arti luas yang berisi narasi sejarah panjang, batu nisan ini dianggap sebagai salah satu bukti tertulis terawal mengenai keberadaan komunitas Muslim di Jawa. Inskripsinya menggunakan bahasa Arab Kufi dan mencantumkan nama Fatimah binti Maimun serta tahun wafatnya. Keberadaan batu nisan ini menunjukkan bahwa Islam telah ada di Jawa pada abad ke-11, jauh sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam yang besar.

Dokumen

  1. Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945): Dokumen paling penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Naskah ini secara resmi menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan, dibacakan oleh Soekarno di Jakarta, dan menjadi titik tolak berdirinya negara Republik Indonesia.

  2. Perjanjian Giyanti (1755 M): Dokumen perjanjian yang ditandatangani antara VOC, Sunan Pakubuwono III, dan Pangeran Mangkubumi. Perjanjian ini secara resmi memecah Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, menunjukkan intervensi politik VOC yang signifikan dalam urusan internal kerajaan-kerajaan di Jawa untuk melemahkan kekuasaan lokal dan memperkuat dominasi kolonial.

Naskah Kuno

  1. Hikayat Banjar (Abad ke-17 M): Naskah kuno yang berasal dari Kalimantan Selatan ini menceritakan tentang sejarah Kerajaan Banjar dan Kesultanan Banjar, termasuk silsilah raja-raja, peristiwa penting, serta adat istiadat masyarakat Banjar. Hikayat ini menjadi sumber primer yang sangat berharga untuk memahami perkembangan Islam dan sistem pemerintahan di Kalimantan pada masa lampau.

  2. Kitab Sutasoma (Mpu Tantular) (Abad ke-14 M): Kakawin atau puisi epik Jawa Kuno ini ditulis oleh Mpu Tantular pada masa Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Kitab ini terkenal karena memuat frasa “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran yang mendua”. Frasa ini kemudian menjadi semboyan negara Indonesia, mencerminkan nilai toleransi beragama dan persatuan dalam keberagaman.

Surat Kabar/Majalah

  1. Fadjar Asia (1927-1930): Surat kabar yang dipimpin dan dikelola oleh tokoh-tokoh teras Sarekat Islam, seperti Tjokroaminoto dan Agus Salim. Surat kabar ini menjadi corong penting bagi organisasi Sarekat Islam dalam menyebarkan gagasan-gagasan pergerakan, membangkitkan kesadaran politik, dan mengkritik kebijakan kolonial dengan berlandaskan semangat keislaman.

  2. Medan Prijaji (1907-1912): Dianggap sebagai salah satu surat kabar pribumi pertama di Indonesia yang diterbitkan oleh Raden Mas Tirtoadisuryo. Surat kabar ini menjadi alat perjuangan yang efektif dalam menyuarakan aspirasi rakyat, mengkritik kebijakan kolonial, dan membangkitkan kesadaran nasional di kalangan kaum priyayi dan masyarakat luas pada awal pergerakan nasional.

Kronik/Catatan Perjalanan

  1. Catatan Perjalanan I-Tsing (Akhir Abad ke-7 M): Catatan biksu Buddha dari Tiongkok ini sangat penting untuk memahami Sriwijaya sebagai pusat studi agama Buddha di Asia Tenggara. I-Tsing singgah dan belajar di Sriwijaya selama beberapa tahun sebelum melanjutkan perjalanannya ke India, dan catatannya memberikan gambaran detail tentang kehidupan keagamaan, pendidikan, serta kondisi sosial di Sriwijaya pada masa itu.

  2. Catatan Marco Polo (Akhir Abad ke-13 M): Catatan penjelajah Venesia ini menggambarkan kunjungannya ke Sumatera (khususnya Perlak) dalam perjalanannya kembali dari Tiongkok. Marco Polo adalah salah satu penjelajah Eropa pertama yang memberikan laporan terperinci tentang wilayah Asia Tenggara, termasuk kekayaan alam dan kehidupan masyarakatnya, meskipun ada perdebatan tentang keakuratan beberapa detailnya.

Kata kunci dan penggunaannya


Sumber SejarahPerbedaan Kunci (3 Kata)Penggunaan
PrasastiBatu, Informasi PentingKuno (Hindu-Buddha), Awal Islam
DokumenResmi, Arsip, PemerintahKolonial, Modern
Naskah KunoTulis Tangan, Cerita LamaKuno, Klasik (Islam), Transisi
Surat Kabar/MajalahBerita, Opini, PeriodeKolonial Akhir, Modern, Kontemporer
Kronik/Catatan PerjalananUrutan, Peristiwa, SaksiKuno, Klasik, Awal Kolonial

2 Sumber benda

Sumber benda adalah Sumber sejarah yang diperoleh dari benda-benda peninggalan sejarah.

Benda-benda ini bisa berupa artefak, bangunan, perkakas, patung, perhiasan, senjata, candi, dan berbagai objek fisik lainnya yang ditinggalkan oleh manusia di masa lampau.

Sumber benda ini memberikan informasi konkret tentang kehidupan, kebudayaan, teknologi, dan aktivitas manusia di masa lalu, meskipun seringkali memerlukan penelitian dan analisis lebih lanjut oleh para ahli (arkeolog dan sejarawan) untuk mengungkap makna sejarahnya.

ContohPenjelasan
BangunanCandi, masjid kuno, gereja tua, benteng, rumah adat.
PerkakasAlat-alat rumah tangga, senjata, alat pertanian.
Patung/ArcaRepresentasi figur atau simbol keagamaan.
FosilSisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu.
Gerabah/Pecahan KeramikPeninggalan alat makan atau wadah.
PerhiasanBenda-benda ornamen yang digunakan pada masa lampau.

Bangunan

  1. Candi Borobudur (Abad ke-8/9 M): Bangunan keagamaan Buddha yang megah di Magelang, Jawa Tengah. Candi ini menunjukkan kemajuan arsitektur, seni pahat, dan sistem kepercayaan pada masa Dinasti Syailendra, dengan relief-relief yang mengisahkan ajaran Buddha dan kehidupan masyarakat Jawa kuno.

  2. Masjid Agung Demak (Abad ke-15 M): Salah satu masjid tertua di Indonesia, yang menjadi simbol penyebaran Islam di Jawa. Arsitekturnya mencerminkan perpaduan budaya lokal dan Islam, serta menjadi pusat kegiatan keagamaan dan politik Kesultanan Demak.

Perkakas

  1. Kapak Batu Neolitikum (Zaman Batu Muda): Berbagai jenis alat perkakas yang terbuat dari batu yang diasah halus, ditemukan di banyak situs prasejarah di Indonesia. Kapak batu ini menunjukkan tingkat teknologi dan cara hidup masyarakat prasejarah yang mulai mengenal pertanian dan menetap, serta perkembangan kebudayaan pada masa itu. Penemuan alat-alat prasejarah, termasuk jenis kapak ini, seringkali juga terkait dengan situs-situs seperti kjokkenmoddinger (tumpukan sampah dapur purba berupa kulit kerang) yang memberikan informasi tentang kehidupan masyarakat pada periode sebelumnya.

  2. Alat Serpih (Zaman Paleolitikum/Mesolitikum): Berbagai jenis alat batu sederhana yang dibuat dengan cara memecahkan atau menyerpihkan batu, banyak ditemukan di situs-situs prasejarah di Indonesia (misalnya di Pacitan). Alat serpih ini digunakan oleh manusia purba untuk berburu, mengumpulkan makanan, atau mengolah bahan, memberikan bukti tentang teknologi paling awal dan adaptasi manusia terhadap lingkungannya.

  • Patung/Arca:

Arca Ganesha Kutai (Abad ke-4/5 M): Salah satu arca Ganesha tertua yang ditemukan di Indonesia, berasal dari Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Arca ini merupakan bukti awal pengaruh Hindu di Kalimantan dan menunjukkan adanya pemujaan terhadap Dewa Ganesha sebagai dewa ilmu pengetahuan dan penghilang rintangan.

  1. Arca Airlangga menunggang Garuda (Garudeya) (Abad ke-11 M): Patung perwujudan Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan yang menunggangi burung Garuda, ditemukan di Candi Belahan, Jawa Timur. Arca ini merupakan simbol kekuatan, kekuasaan, dan legitimasi ilahi seorang raja, serta menunjukkan keahlian seni pahat pada masa Kerajaan Kahuripan.

Fosil

  1. Fosil Gajah Purba (Stegodon) (Pleistosen): Sisa-sisa gajah purba berukuran besar yang banyak ditemukan di berbagai situs di Jawa, seperti Sangiran dan Patiayam. Fosil ini memberikan gambaran tentang megafauna yang pernah hidup di Indonesia pada masa Pleistosen, menunjukkan keragaman hayati purba di Nusantara.

  2. Fosil Meganthropus palaeojavanicus (Pleistosen Awal): Ditemukan juga di Sangiran, fosil ini adalah salah satu jenis manusia purba tertua yang pernah ditemukan di Jawa. Penemuan ini memberikan gambaran tentang keragaman hominid yang pernah hidup di Nusantara.

Gerabah/Pecahan Keramik

  1. Gerabah Buni (Abad ke-1 SM - 2 M): Jenis gerabah prasejarah yang ditemukan di situs Buni, Bekasi, Jawa Barat. Gerabah ini menunjukkan keahlian masyarakat prasejarah dalam membuat wadah dan alat rumah tangga, serta memberikan petunjuk tentang pola kehidupan dan interaksi sosial mereka.

  2. Pecahan Keramik Asing (Dinasti Ming/Yuan) (Abad ke-13 - 17 M): Pecahan keramik dari Tiongkok, Vietnam, atau Siam yang banyak ditemukan di situs-situs perdagangan kuno di Indonesia. Keberadaan keramik ini menjadi bukti kuat adanya jalur perdagangan maritim internasional yang aktif di Nusantara pada masa lampau.

Perhiasan

  1. Gelang Perunggu (Zaman Logam/Perundagian): Berbagai bentuk gelang yang terbuat dari perunggu, banyak ditemukan di situs-situs arkeologi di Indonesia, seperti di Bogor, Bali, dan Malang. Gelang perunggu ini merupakan salah satu jenis perhiasan yang populer pada masa Zaman Logam, seringkali ditemukan sebagai bekal kubur, dan menunjukkan kemajuan teknologi peleburan logam serta fungsi perhiasan sebagai simbol status atau estetika.

  2. Perhiasan Manik-manik Prasejarah (misal, Manik-manik Kaca dari Buni) (Berbagai Periode Prasejarah): Manik-manik yang terbuat dari berbagai bahan seperti batu, cangkang kerang (contohnya, dari situs Gua Harimau), atau manik-manik kaca berwarna-warni (ditemukan di situs-situs Buni atau Gilimanuk). Perhiasan ini memberikan informasi tentang teknologi pembuatan benda-benda kecil, estetika, dan mungkin juga fungsi sosial atau ritual pada masyarakat kuno.

Miskonsepsi

Sumber benda adalah segala peninggalan fisik atau material dari masa lalu. Ini bisa berupa apa saja yang dulunya dibuat, digunakan, atau ada secara fisik, seperti candi, senjata, alat rumah tangga, perhiasan, atau fosil.

Sumber tertulis adalah informasi yang direkam dalam bentuk tulisan. Ini bisa berupa prasasti, naskah kuno, dokumen, surat kabar, atau catatan lainnya.

Jadi, setiap sumber tertulis sejatinya adalah sumber benda karena ia menempati ruang fisik dan memiliki materialitas. Namun, tidak semua sumber benda adalah sumber tertulis. Ada banyak artefak (seperti perkakas, patung tanpa tulisan, atau gerabah polos) yang jelas-jelas benda tetapi bukan sumber tertulis.


3 Sumber lisan

Sumber sejarah yang diperoleh melalui penuturan langsung dari pelaku atau saksi mata peristiwa sejarah. Sumber ini bersifat verbal dan seringkali membutuhkan proses wawancara.

ContohPenjelasan
WawancaraPercakapan langsung dengan veteran perang, tokoh masyarakat, atau individu yang mengalami peristiwa tertentu.
Tradisi LisanCerita rakyat, legenda, mitos, atau nyanyian yang diwariskan secara turun-temurun dan mengandung unsur sejarah.
Pidato atau Rekaman SuaraRekaman suara langsung dari tokoh atau peristiwa yang terjadi.

Wawancara

  1. Wawancara dengan Kakek/Nenek Buyut yang Mengalami Era Pendudukan Jepang: Percakapan langsung dengan individu lansia yang menjadi saksi mata atau pelaku sejarah pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, memberikan kesaksian personal tentang kehidupan sehari-hari, penderitaan, perlawanan, atau adaptasi masyarakat pada periode tersebut.

  2. Wawancara dengan B.J. Habibie: Percakapan langsung atau rekaman wawancara dengan Presiden ketiga Republik Indonesia, B.J. Habibie, yang memberikan wawasan tentang masa transisi Indonesia, pengembangan teknologi, dan peristiwa-peristiwa politik penting pada akhir abad ke-20. Wawancara seperti yang dilakukan oleh Najwa Shihab menjadi sangat penting karena memungkinkan masyarakat luas untuk mendapatkan perspektif langsung dari seorang tokoh sejarah yang masih hidup, merekam fakta, emosi, pemikiran, dan pengalaman pribadi yang mendalam.

Tradisi Lisan

  1. Cerita Rakyat “Malin Kundang” (Sumatera Barat): Legenda yang diwariskan secara turun-temurun dari daerah Sumatera Barat. Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Malin Kundang yang merantau dan berhasil menjadi kaya raya, namun kemudian durhaka kepada ibunya yang miskin. Akibat kedurhakaannya, Malin Kundang dikutuk menjadi batu. Legenda ini mengandung nilai moral yang kuat tentang pentingnya menghormati orang tua dan akibat dari kedurhakaan, serta mencerminkan budaya masyarakat pesisir Minangkabau.

  2. Nyanyian Rakyat/Lagu Perjuangan (misal: “Halo-Halo Bandung”): Lagu-lagu yang populer di masa pergerakan atau revolusi, mencerminkan semangat zaman, kondisi sosial, dan perasaan kolektif masyarakat pada periode tertentu, seringkali menjadi sumber informasi tentang peristiwa yang tidak tercatat secara resmi. Lagu “Halo-Halo Bandung” sendiri diciptakan untuk membangkitkan semangat perjuangan rakyat Bandung dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, terutama setelah peristiwa Bandung Lautan Api pada Maret 1946, di mana kota Bandung dibakar oleh pejuang Indonesia agar tidak dimanfaatkan oleh pasukan Sekutu dan NICA.

Pidato atau Rekaman Suara

  1. Pidato Proklamasi Kemerdekaan (Rekaman Suara): Rekaman suara asli pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945. Meskipun berupa rekaman, ini adalah bentuk sumber lisan yang sangat otentik, menangkap intonasi dan emosi momen bersejarah tersebut.

  2. Rekaman Suara Tokoh Nasional (misal: Pidato Bung Tomo): Rekaman pidato atau orasi dari tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia, seperti Bung Tomo saat pertempuran Surabaya, yang membangkitkan semangat perjuangan dan menjadi bukti langsung peristiwa yang terjadi


2 Sumber sejarah berdasarkan sifatnya

Berdasarkan sifat atau kedudukannya dalam kaitannya dengan peristiwa sejarah, sumber sejarah dibagi menjadi tiga jenis utama

1 Sumber primer

Sumber primer adalah sumber sejarah yang berasal langsung dari periode waktu yang sedang dipelajari atau dari orang yang secara langsung mengalami peristiwa tersebut. Sumber ini merupakan bukti langsung atau kesaksian tangan pertama tentang suatu peristiwa.

Kedudukan: Sumber primer memiliki kedudukan paling tinggi dan paling penting dalam penelitian sejarah karena memberikan informasi “tangan pertama” yang paling otentik.

PrimerContoh Konkret
Dokumen AsliProklamasi Kemerdekaan, surat-surat pribadi tokoh sejarah, notulensi rapat yang sezaman, arsip pemerintah.
ArtefakCandi, patung, perkakas kuno, perhiasan, fosil, gerabah yang ditemukan di situs arkeologi.
LisanHasil wawancara langsung dengan pelaku atau saksi mata peristiwa (misalnya, veteran perang, tokoh politik yang terlibat).
Visual/Audio-visualFoto asli peristiwa, rekaman suara pidato, film dokumenter yang dibuat pada masa peristiwa itu terjadi.
PrasastiTulisan di batu atau logam yang dibuat pada masa lampau.
Babad dan Kronik (Sezaman)Jika ditulis sezaman dengan peristiwa yang diceritakan.

2 Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah kesaksian dari seseorang yang tidak terlibat langsung atau tidak menyaksikan peristiwa sejarah, tetapi mendapatkan informasinya dari sumber lain (terutama sumber primer). Sumber ini biasanya dibuat setelah peristiwa berlalu, melalui interpretasi dan analisis sumber primer.

Kedudukan: Sumber sekunder berfungsi sebagai pelengkap, penafsir, atau penganalisis dari sumber primer. Sumber ini membantu sejarawan memahami berbagai sudut pandang dan interpretasi terhadap suatu peristiwa.

Jenis Sumber SejarahContoh Konkret
Buku SejarahBuku-buku yang ditulis oleh sejarawan berdasarkan penelitian terhadap sumber primer dan sekunder lainnya.
Jurnal IlmiahArtikel penelitian yang menganalisis peristiwa sejarah.
BiografiBuku yang menceritakan riwayat hidup tokoh, ditulis oleh orang lain setelah tokoh tersebut hidup.
Skripsi, Tesis, DisertasiKarya ilmiah yang mengkaji peristiwa sejarah.
Ensiklopedia SejarahMemberikan ringkasan informasi yang telah dianalisis.
Surat Kabar/Majalah (Analisis)Jika berita yang dimuat bukan laporan langsung dari peristiwa yang sezaman, melainkan analisis atau ulasan setelahnya.

3 Sumber Tersier

Sumber tersier adalah kompilasi atau ringkasan informasi yang berasal dari sumber primer dan sekunder. Sumber ini tidak melakukan penelitian langsung, melainkan mengumpulkan dan menyajikan kembali informasi yang sudah ada.

Kedudukan: Sumber tersier umumnya digunakan sebagai pengantar atau referensi awal untuk mendapatkan gambaran umum tentang suatu topik. Beberapa ahli sejarah tidak terlalu menganjurkan penggunaan sumber tersier sebagai dasar utama penulisan sejarah karena sifatnya yang sudah “jauh” dari peristiwa asli.

TersierContoh Konkret
Ensiklopedia UmumMemberikan gambaran singkat tentang banyak topik, termasuk sejarah.
Buku Teks Pelajaran Sejarah SMAMenyajikan ringkasan materi dari berbagai sumber.
BibliografiDaftar pustaka atau referensi.
IndeksDaftar istilah atau topik.
Abstrak JurnalRingkasan dari artikel ilmiah.

Pentingnya Klasifikasi Sumber Sejarah

Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sumber sejarah sangat penting dalam penelitian sejarah karena:

  • Menentukan Keandalan: Membantu sejarawan menilai seberapa handal dan otentik suatu informasi. Sumber primer umumnya lebih diutamakan.

  • Membangun Argumen: Memungkinkan sejarawan membangun argumen dan interpretasi yang kuat dengan dukungan bukti yang relevan.

  • Menghindari Bias: Dengan membandingkan berbagai jenis sumber, sejarawan dapat mengidentifikasi potensi bias atau sudut pandang yang berbeda.

  • Dasar Heuristik: Merupakan langkah awal dalam metode penelitian sejarah (heuristik), yaitu pengumpulan sumber.

Dengan memahami klasifikasi ini, peserta didik diharapkan mampu memilih dan menggunakan sumber sejarah secara tepat dalam mempelajari dan menganalisis peristiwa masa lampau.

KategoriObjek Dokumen
PrimerNaskah Proklamasi Otentik
SekunderBuku “Sejarah Nasional Indonesia: Jilid VI”
TersierEntri “Proklamasi Kemerdekaan Indonesia” di Ensiklopedia Umum